Kamis, 05 Juni 2014

11. Manajemen kas

MANAJEMEN KAS 
1. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara
Konsep-konsep, Unsur-unsur dan Current Issue Manajemen Kas Sektor Publik 3 Kas
Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan olehMenteri Keuangan
selaku Bendaharawan Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan
membayar seluruh pengeluaran negara. Dengan demikian kas dalam pengertian undangundang
ini semua uang negara yang bersumber dari seluruh penerimaan negara dan
digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran negara.
2. Menurut Standar Akuntansi Pemerintah
Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan
untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang
daerah yang ditentukan oleh Bendaharawan Umum Daerah untuk menampung seluruh
penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang
negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendaharawan Umum Negara untuk
menampung seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah pusat.
3. Menurut Standar Akuntansi Keuangan
Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro setara kas (cash
equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan
cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai
yang signifikan.
Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi atau
tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus segera dapat diubah
menjadi kas dalam jumlah yang telah diketahui tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang
signifikan. Karenanya, suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya
jika segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya.
Investasi dalam bentuk saham tidak termasuk setara kas, kecuali substansi investasi
saham tersebut adalah setara kas. Sebagai contoh, saham preferen yang dibeli dan akan
segera jatuh tempo serta tanggal penebusan (redemption date) telah ditentukan.
Pinjaman bank pada umumnya termasuk aktivitas pendanaan. Namun demikian,
cerukan (bank overdraft) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan kas
perusahaan. Dalam keadaan tersebut, cerukan termasuk komponen kas dan setara kas.
Karakteristik dari pengaturan perbankan tersebut timbulnya fluktuasi saldo bank dari positif
ke overdraft.
Arus kas tidak mencakupi mutasi di antara pos-pos yang termasuk dalam kas atau
setara kas, karena komponen tersebut lebih merupakan bagian dari pengelolaan kas
perusahaan dan bukan sebagai bagian dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Secara
garis besar dapat disimpulkan bahwa pengertian kas meliputi saldo kas (cash on hand), saldo
simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan serta instrumen investasi yang sangat
likuid, berjangka pendek dan dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa
menghadapi resiko perubahan nilai yangsignifikan.
B. MOTIF DALAM MENYIMPAN KAS
Terdapat tiga motif dasar1 dalam menyimpan kas yaitu:
1. Motif Bertransaksi (Transactions Motive)
Motif ini melihat kas secara sempit yaitu sebagai media untuk pertukaran dalam
rangka membiaya transaksi normal yang terjadi seperti pembayaran kepada pemasok dan
pembayaran gaji. Besarnya tingkat saldo transaksi tergantung pada besar kecilnya organisasi
dan periode waktu kas masuk dan kas keluar.
Organisasi yang besar pada umumnya cenderung melakukan banyak transaksi. Jika arus kas
masuk dan keluar dapat disinkronisasi maka saldo kas dapat diminimalisasi.
2. Motif Berjaga-Jaga (Precautionary Motive)
Motif ini fokus pada kemampuan kas untuk menunjang daya beli pada saat timbul
kejadian yang tidak diharapkan atau peluang yang tidak diperkirakan sebelumnya. Saldo
untuk pencegahan berfungsi sebagai cadangan pada saat ketidakpastian meningkat sebagai
akibat perubahan industri, ekonomi, dan dunia. Saldo untuk keperluan darurat ini umumnya
disediakan dengan menggunakan portofolio dari pasar uang dan pasar modal. Kriteria kunci
dari penggunaan metode ini adalah tingkat keamanan yang tinggi, likuiditas, dan kemudahan
untuk mencairkan surat berharga menjadi kas.
3. Motif Spekulasi (Speculative Motive)
Motif ini timbul seiring dengan keinginan manajemen untuk memiliki sejumlah kas
yang dapat digunakan untuk mengambil keuntungan dari kesempatan yang timbul secara
tidak terduga. Manajemen harus mempunyai prediksi bahwa saldo kas tersebut dapat
menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dari operasi normal organisasi. Pada umumnya,
organisasi-organisasi tidak menyimpan kas untuk tujuan spekulasi.
C. PROSES KAS (Cash Cycle)
Proses arus kas (cash cycle) adalah waktu yang dibutuhkan untuk proses dari
pengeluaran kas sampai dengan penerimaan kas. George W Galinger dan P. Basil Healey,
Liquidity Analysis and Management, Edisi ke-2 (Massachussets: Aldison-Wesley Publishing,
1991), hal 236 Konsep-konsep, Unsur-unsur dan Current Issue Manajemen Kas Sektor Publik
Gambar 1.1 Proses Arus Kas
Proses ini merupakan bagian dari proses operasional (operating cycle). Proses operasional
terdiri dari empat komponen, yaitu peridode persediaan, periode utang, periode piutang dan
siklus kas. Pada umumnya periode persediaan ditambah dengan periode utang akan sama
dengan periode utang dan siklus kas. Akan tetapi persamaan ini tidak berlaku untuk
pendapatan pemerintah dari perpajakan karena pendapatan ini tidak terkait dengan layanan
yang diberikan pemerintah.
D. DEFINISI dan TUJUAN KAS
Manajemen kas adalah pengelolaan atas sumber daya kas suatu organisasi.
Manajemen kas memberikan kepada manajemen alat untuk berfungsinya suatu organisasi
dengan menggunakan kas atau sumber daya likuid yang dimilikinya dengan cara yang tepat.
Mike Williams (2004) mendefinisikan manajemen kas pemerintah sebagai strategi dan
proses-prosesnya untuk mengelola secara efektif dan efisien arus kas jangka pendek dan
saldo-saldo kas yang ada dalam pemerintahan maupun antara pemerintah dengan sektorsektor
lain. Dari definisi iniada beberapa hal yang ditekankan:
1. Definisi ini mencakup persoalan kebijakan dan rancangan proses-proses
yang lebih seragam.
2. Manajemen arus kas dan saldo kas memunculkan berbagai tantangan yang
berbeda-beda yang harus dihadapi secara bersama-sama.
3. Definisi ini mencakup manajemen kas pada sektor pemerintahan dan interaksi antara
pemerintah dengan sektor-sektor lain, terutama sector keuangan.
Sementara itu, Storkey (2001) mendefinisikan manajemen kas sebagai “memiliki
uang yang cukup pada tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat untuk membayar
kewajiban-kewajiban pemerintah dalam cara yang efektif dan efisien.
Dari definisi di atas, terdapat beberapa tujuan dari manajemen kas. Tujuan utamanya
adalah dengan manajemen kas yang baik, suatu pemerintahan dapat Manajemen Kas
mendanai pengeluaran-pengeluarannya tepat pada waktunya dan memenuhi setiap
kewajibannya ketika jatuh tempo. Tujuan-tujuan tambahannya adalah efektivitas biaya,
pengurangan risiko dan efisiensi. Secara khusus, Williams (2004) menyatakan tujuan-tujuan
dari manajemen kas pemerintah yang efisien adalah:
1. Menyimpan seminimal mungkin saldo menganggur dalam sistem perbankan
dan menekan seminimal mungkin biaya-biaya yang terkait dengan penyimpanan saldo
tersebut pada sistem perbankan.
2. Mengurangi risiko operasional, risiko kredit dan risiko pasar yang terkait dengan kegiatan
pemerintah dan pendanaan kegiatan pemerintah.
3. Menambah fleksibilitas dalam cara pemerintah menentukan kapan penerimaan kas
pemerintah ditandingkan dengan pengeluaran kas pemerintah.
4. Mendukung kebijakan-kebijakan keuangan lainnya.
Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara di Indonesia, tujuan-tujuan
manajemen kas dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian berikut:
1. Manajemen likuiditas
Manajemen likuiditas penting untuk memastikan negara memiliki kas yang cukup untuk
menyelesaikan semua kewajiban yang jatuh tempo. Untuk itu pemerintah perlu mengetahui
berapa besar penerimaan dan pengeluaran yang akan dilakukan.
a. Monitoring penerimaan dan pengeluaran kas negara
Pemerintah perlu mengetahui berapa besar pengeluaran kas yang akan dilakukan.
Beberapa pengeluaran pemerintah mungkin saja dapat ditunda atau dipercepat, pemerintah
harus mampu melihat saat pengeluaran kas yang menguntungkan pemerintah.
Penerimaan kas negara seluruhnya harus segera disetor (Undang-Undang No.1 tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, pasal 16). Penerimaan negara yang tidak segera disetor
akan menguntungkan penyetor atas biaya pemerintah.
b. Antisipasi atas kemungkinan kekurangan/kelebihan kas
Kekurangan/kelebihan kas akan membebani keuangan pemerintah karena
adanya time value of money.
2. Minimalisasi kas yang menganggur (idle cash)
a. Pemanfaatan kas secara maksimal untuk memperoleh keuntungan (yield)
Sesuai dengan UU. No.1 Tahun 2004 tetang Perbendaharaan Negara pada pasal 24
dinyatakan bahwa pemerintah berhak untuk mendapatkan bunga/jasa giro atas dana yang
disimpan pada bank umum maupun bank sentral, bunga/jasa giro yang diperoleh didasarkan
pada tingkat suku bunga yang berlaku.
Pemerintah juga dapat melakukan investasi jangka panjang untuk memperoleh
manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya. Investasi tersebut dapat berupa saham,
surat utang dan investasi langsung (pasal 41, UU No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara)
Pembelian kembali (Buy back) Surat Utang Negara (SUN). Pembelian kembali SUN
akan memberikan dampak positif terhadap pengurangan beban bunga yang harus dibayar
oleh pemerintah.
b. Mengurangi cost of financing
Jika negara mempunyai manajemen kas yang baik negara dapat melakukan
penundaan penerbitan SUN dengan membiayai pengeluaran-pengeluaran dari kas yang
berasal dari pendapatan yang ada atau melakukan buy back SUN untuk mengurangi
pembayaran beban bunga.
3. Mengurangi biaya transaksi keuangan pemerintah
a. Mengurangi jumlah bank accounts pemerintah
Banyaknya rekening pemerintah yang tersebar di berbagai bank menimbulkan biaya
tinggi untuk memelihara rekening tersebut. Selain itu tersebarnya rekening mengkibatkan
semakin banyaknya ‘idle cash’
b. Mengurangi biaya revenue collection dan expenditure processing (administration
of payment process)
Manajemen kas akan merestrukturisasi cara-cara pengumpulan pendapatan
pemerintah sebagai contoh banking arragement mengenai saat penyetoran oleh bank persepsi
dan renumerasi yang diberikan atau yang harus dibayarkan oleh pemerintah kepada bank
persepsi. Restrukturisasi tersebut perlu agar penerimaan negara dapat masuk ke rekening kas
umum negara sesegera mungkin dengan biaya seminimal mungkin. Demikian pula dengan
pemrosesan pengeluaran. Pemrosesan pengeluaran perlu dilakukan dengan se-efisien dan
secepat mungkin, misalnya dengan menggunakan fasilitas perbankan. Jika hal tersebut dapat
berjalan dengan baik maka manfaat lain yang didapatkan adalah minimalisasi terjadinya
penyelewengan keuangan negara.
Manajemen kas sektor publik meliputi empat elemen2 antara lain: perencanaan (forecasting),
mobilisasi dan manajemen arus kas (mobilizing and managing the cash flow), pemeliharaan
hubungan dengan perbankan (maintaining banking relations), dan investasi kelebihan kas
(investing surplus cash). Setiap elemen harus dikelola secara aktif untuk mencapai efektifitas
manajemen kas.
E. MODEL EKONOMI MANAJEMEN KAS
Perhitungan target saldo kas menyangkut trade-off antara opportunity cost memiliki
kas terlalu banyak dan trading cost (biaya mengubah investasi jangka pendek menjadi kas)
karana memiliki kas terlalu sedikit. Model manajemen kas berusaha menjawab permasalahan
pembagian aset likuid suatu organisasi antara kas atau surat berharga. Jika suatu organisasi
memiliki saldo kas terlalu rendah, organisasi tersebut akan menjual surat-surat berharganya
(dan mungkin akan membeli surat berharga lagi untuk mengganti surat berharga yang telah
dijual) lebih sering daripada jika saldo kasnya lebih tinggi. Dengan demikian, trading costnya
cenderung akan turun ketika saldo kas bertambah besar. Sebaliknya, opportunity cost dari
memiliki kas bertambah sejalan dengan peningkatan saldo kas.
# TRANSLASI MATA UANG ASING

1.      Perbedaan translasi dan konversi antar mata uang asing
Translasi mata uang asing adalah Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Sedangkan konversi antar mata uang asing adalah pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lain secara fisik.
Perbedaannya adalah, Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, misalnya pada sebuah necara yang dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang ke dalam nilai ekuivalen dolar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait yang terjadi. Sedangkan konversi, memungkinkan adanya pertukaran fisik yang terjadi dan ada transaksi terkait yang terjadi.
2.   Istilah dalam translasi mata uang asing
    1. Konversi, merupakan pertukaran suatu mata uang ke dalam mata uang lain.
    2. Kurs kini, merupakan nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporang keuangan yang relevan.
    3. Posisi aktiva bersih yang beresiko, merupakan kelebihan aktiva yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan di translasikan dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur atau berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
    4. Kontrak pertukaran forward,merupakan suatu perjanjian untuk mempertukarkan mata uang dari Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
    5. Mata uang fungsional, merupakan mata uang utama yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha. Biasanya mata uang tersebut adalah mata uang Negara dimana perusahaan itu berlokasi.
    6. Kurs histories, merupakan kurs nilai mata uang asing yang digunakan pada saat suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
    7. Mata uang pelaporan, merupakan mata uang yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
    8. Kurs spot, merupakan nilai tukar untuk pertukaran mata uang dalam waktu segera.
    9. Penyesuaian translasi, merupakan penyesuaian yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang fungsional suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
       Daftar istilah translasi mata uang asing yang diadaptasi dari PSAK (SFAS) no.52, 1981.
  1. Atribut, karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akuntansi. Contoh, biaya histories dan biaya penggantian yang merupakan atribut suatu aktiva.
  2. Konversi, pertukatan suatu mata uang ke dalam mata uang lain.
  3. Kurs kini, nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporan keuangan yang relevan.
  4. Diskonto, ketika tingkat pertukaran yang berikutnya lebih rendah daripada tingkat yang berlaku sekarang.
  5. Posisi aktiva bersih yang beresiko, kelebihan aktiva yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur atau berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
  6. Mata uang asing, suatu mata uang selain mata uang yang digunakan oleh suatu Negara, mata uang selain mata uang pelaporan yang digunakan oleh perusahaan.
  7. Laporan keuangan dalam mata uang asing, laporan keuangan yang menggunakan mata uang asing sebagai unit pengukuran.
  8. Transaksi mata uang asing, transaksi (yaitu penjualan atau pembelian barang atau jasa, atau utang pinjaman atau piutang usaha) dengan syarat-syarat yang dinyatakan dalam mata uang selain mata uang fungsional perusahaan.
  9. Translasi mata uang asing, proses untuk menyatakan jumlah-jumlah yang berdenominasi atau diukur dalam suatu mata uang ke dalam mata uang yang lain dengan menggunakan kurs nilai tukar diantara dua mata uang tersebut.
  10. Operasi luar negri, suatu operasi yang menghasilkan laporan keuangan yang (1) dikombinasikan atau dikonsolidasikan atau diperhitungkan berdasarkan metode ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan pelapor dan (2) disusun dalam mata uang asing selain mata uang pelaporan perusahaan pelapor.
  11. Kontak pertukaran forward, suatu perjanjian untuk mempertukarkan mata uang dari Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
  12. Mata uang fungsional, mata uang utama yanga digunakan oleh suatau perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha, dan dalam menghasilkan atau menggunakan kasnya.
  13. Kurs histories, kurs nilai tukar mata uang asing yang digunakan pada saat suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
  14. Mata uang local, mata uang suatu Negara tertentu yang digunakan; mata uang pelaporan yang digunakan oleh suatu operasi domestic atau luar negeri.
  15. Pos-pos moneter, kewajiban untuk membayar atau hak untuk menerima sejumlah unit mata uang dalam nilai yang tetap di masa depan.
  16. Mata uang pelaporan, mata uang yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
  17. Tanggal penyelesaian, tanggal saat suatu utang dibayarkan oleh suatu piutang tertagih.
  18. Kurs spot, nilai tukar untuk pertukaran mata uang dalam waktu segera.
  19. Tanggal transaksi, tanggal saat suatu transaksi dicatat dalam catatan akuntansi perusahaan pelapor.
  20. Penyesuaian translasi, penyesuaian yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang fungsional suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
  21. Unit pengukuran, mata uang yang digunakan untuk mengukur aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
3.    Perbedaan keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing
Jika sudut pandang mata uang local yang digunakan ( sudut pandang perusahaan local), masuknya penyesuaian translasi dalam laba berjalan tidak perlu dilakukan. Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba akan mendistorsikan hubungan keuangan yang asli dan dapat menyesatkan para pengguna informasi tersebut. Keuntungan atau kerugian translasi harus diperlakukan dari sudut pandang mata uang local sebagai penyesuaian terhadap ekuitas pemilik.
Jika mata uang pelaporan induk perusahaan merupakan unit pengukuran laporan keuangan yang ditranslasikan ( sudut pandang induk perusahaan ), sangat disarankan untuk mengakui keuntungan atau kerugian translasi laba sesegera mungkin. Sudut pandang induk perusahaan melihat anak perusahaan luar negeri sebagai perluasan dari induk perusahaannya. Keuntungan dan kerugian translasi mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas investasi asing dalam mata uang domestic dan harus diakui.
4.   Keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing
    1. Penagguhan
Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestic dari aktiva bersih anak perusahaan luar negeri tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh terhadap arus kas mata uang local yang dihasilkan dari entitas asing. Penyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi.
    1. Pengangguhan dan Amortisasi
Penangguhan keuntungan atau kerugian translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian ini selama masa manfaat pos-pos neraca terkait, terutama yang terkait dengan utang akan ditangguha=kandan diamortisasi selama umur aktiva tetap terkait, yaitu dibebankan terhadap laba dengan cara yang sama dengan beban depresiasi atau ditangguhkan dan diamortisasi selama sisa masa pinjaman sebagai penyesuaian terhadap beban bunga.
    1. Penangguhan parsial
Keuntungan dan kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian sesegera mungkin setelah terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan, hal ini semata-mata hanya karena merupakan keuntungan, tetap mengabaikan terjadinya perubahan kurs.
    1. Tidak ditangguhkan
Mengakui keuntungan dan kerugian translasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin. Namun, memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba tahun berjalan akan memperkenalkan elemen acak ke dalam laba sehingga dapat menghasilkan fluktuasi laba yang sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai tukar.
Keuntungan dan kerugian translasi ini mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas investasi dalam mata uang domestic dan harus diakui.
5.   Pengaruh Metode translasi mata uang asing terhadap Laporan Keuangan
Walaupun sebagian besar isu teknis dalam akuntansi cenderung terpecahkan dengan sendirinya sejalan dengan berlalunya waktu, translasi valuta asing terrnyata merupakan suatu pengecualian. Bahwa tren ini akan terus berlanjut didukung oleh perkembangan-perkembangan seperti runtuhnya dominasi mata uang dolar, pergerakan nilai mata uang yang disetujui oleh pemerintah, dan globalisasi pasar-pasar modal dunia, yang telah meningkatkan pentingnya pelaporan dan pengungkapan keuangan. Perkembangan-perkembangan seperti ini telah berperan besar meningkatkan ketertarikan eksekutif-­eksekutif keuangan, akuntan, dan komunitas keuangan pada pentingnya dan konsekuensi-konsekuensi ekonomi dari translasi valuta asing. Mari kita lihat hakekat dan perkembangan dari teki-teki akuntansi intemasional ini.
Single Rate Method
Berdasarkan pendekatan translasi ini, laporan keuangan operasi luar negeri, yang dianggap oleh perusahaan induk sebagai entitas yang otonom, memiliki domisili pelaporan mereka sendiri. Ini adalah lingkungan akuntansi lokal tempat dimana perusahaan afiliasi asing tersebut mentraksaksikan urusan bisnisnya. Untuk mempertahankan “rasa” lokal dari laporan valuta, suatu cara harus ditemukan agar translasi bisa dilaksanakan dengan distorsi yang minimal. Cara yang paling baik adalah penggunaan metode kurs berlaku.
Karena semua laporan keuangan valuta asing sebenarnya dikalikan dengan suatu konstansta, metode translasi ini mempertahankan hasil keuangan dan hubungan asli (misalnya. rasio-rasio keuangan) dalam laporan konsolidasi dari entitas-entitas individual yang dikonsolidasi. Hanya bentuk perkiraan-perkiraan luar negeri, bukan hakekatnya, yang berubah dalam metode kurs berlaku.
Meskipun menarik dan sederhana secara konseptual, metode kurs berlaku dipersalahkan oleh sebagian orang karena merusak tujuan dasar dari laporan keuangan konsolidasi, yaitu karena menyajikan, untuk keuntungan pemegang saham perusahaan induk, hasil-hasil operasi dan posisi keuangan perusahaan induk dan perusahaan-perusahaan anaknya dari perspektif valuta tunggal yaitu. mempertahankan valuta pelaporan perusahaan induk sebagai unit pengukuran. Dalam metode kurs berlaku, hasil-hasil konsolidasi akan mencerminkan perspekfif-perspektif valuta dari masing-masing negara tempat dimana perusahaan-perusahaan anak berada. Misalnya, jika sebuah aktiva dip=roleh sebuah perusahaan anak di luar negeri seharga VA 1,000 ketika kursnya adalah VA 1=$1, maka biaya historisnya dari perspektif dolar adalah $1.000; dari perspektif valuta lokal juga $1,000. Jika kurs berubah menjadi VA 5 = $1, biaya historis aset tersebut dari perspektif dolar (translas’ biaya historis) tetap $1,000. Jika valuta lokal tetap dipertahankan sebagai unit pengukuran, nifai aset akan diekspresikan sebesar $200 (translasi kurs berlaku).
Metode kurs berlaku juga dipersalahkan karena mengasumsikan bahwa semua aktiva-valuta lokal dipengaruhi oleh risiko nilai tukar (yaitu, mengasumsikan bahwa fluktuasi valuta domestik yang ekivalen, yang disebabkan oleh fluktuasi kurs translasi berjalan, merupakan indikator perubahan nilai intrinsik aktiva-aktiva tersebut). Hat ini jarang benar karena nilai persediaan dan aktiva-aktiva tetap di luar negeri umumnya didukung oleh inflasi lokal.
Multiple Rate Methods
Metode-metode kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam proses translasi. 3 metode semacam itu akan dibahas berikut ini.
Metode berlaku-historis. Berdasarkan pendekatan berlaku-historis, yang populer di AS dan ditempat-tempat lain sebelum tahun 1976, aktiva lancar dan kewajiban lancar sebuah perusahaan anak di luar negeri ditranslasikan kedalam valuta pelaporan perusahaan induknya dengan menggunakan kurs berlaku. Aktiva dan kewajiban non-lancar ditranslasikan dengan kurs historis.
Item-item laporan laba-rugi, kecuali beban depresiasi dan amortisasi, ditranslasikan dengan kurs rata-rata masing-masing bulan operasi atau dengan basis rata-rata tertimbang dari seluruh periode yang akan dilaporkan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan dengan memakai kurs historis yang berlaku pada saat aset yang bersangkutan diperoleh.
Metodologi ini, sayangnya, memiliki sejumlah kelemahan. Misalnya, metode ini kurang memilik justifikasi konseptual. Definisi-definisi yang ada mengenai aktiva dan kewajiban lancar dan non-lancar tidak menjelaskan mengapa cara klasifikasi seperti itu menentukan kurs mana yang akan digunakan dalam proses transiasi.
Metode moneter-nonmoneter. Seperti halnya metode berlaku-historis, metode moniter-nonmoneter memakai pola klasifikasi neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat.
Karena item-item moneter diselesaikan dalam kas; pemakaian kurs berlaku untuk mentranslasikan item-item valuta asing menghasilkan valuta domestik ekivalen yang mencerminkan nilai realisasi atau nilai penyelesaiannya.
Metode Temporal Menurut pendekatan temporal, translasi valuta merupakan suatu proses konversi pengukuran (yaitu, penyajian ulang nilai tertentu). Karena itu, metode ini tidak dapat digunakan untuk mengubah atribut suatu item yang sedang diukur; metode ini hanya dapat mengubah unit pengukuran. Translasi saldo valuta asing, misalnya, hanya mengubah (restate) denominasi persediaan. tidak penilaian aktualnya. Dalam GAAP AS, aktiva kas diukur berdasarkan jumiah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan hutang dinyatakan dalam jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar pada saat jatuh tempo. Kewajiban dan aktiva lain diukur pada harga yang berlaku ketika item¬item tersebut diperoleh atau terjadi (harga historis). Meskipun begitu, beberapa diantaranya diukur berdasarkan harga yang berlaku pada tanggal laporan keuangan (harga berjalan), seperti persediaan dibawah aturan biaya atau pasar. Pendek kata, ada dimensi waktu yang berkaitan dengan nilai-nilai uang ini.
Menurut Lorensen, cara terbaik untuk mempertahankan basis-basis akuntansi yang digunakan untuk mengukur item-item valuta asing adalah dengan mentranslasikan jumlah uang luar negerinya dengan kurs yang berlaku pada tanggal pengukuran uang luar negeri berlangsung. Prinsip temporal dengan demikian menyatakan bahwa
uang, piutang, dan hutang yang diukur pada jumlah yang dijanjikan seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal neraca. Aktiva dan kewajiban yang diukur pada harga uang seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal yang berkenaan dengan harga uang tersebut.
Metode translasi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis metode yang menggunakan kurs translasi tunggal untuk menyajikan ulang saldo dalam mata uang asing ke dalam nilai ekuivalen dalam mata uang domestic atau metode yang menggunakan berbagai macam kurs.
1. Metode Kurs Tunggal
Metode ini sudah lama popular di Eropa, menerapkan suatu kurs nilai tukar, yaitu kurs terkini dan kurs penutupan, untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancer. Pendapatan dan beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui. Namun demikian untuk memudahkan pos-pos ini umumnya ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut. Laporan keuangan sebuah operasi asing memiliki domisili pelaporannya sendiri, lingkungan mata uang local di mana perusahaan afiliasi asing melakukan usahanya. Suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dikatakan menghadapi resiko mata uang asing jika ekuivalen dalam mata uang digunakan untuk mentranslasikan aktiva atau kewajiban tersebut.
2. Metode Kurs Berganda
Metode Kurs Berganda menggabungkan kurs nilai tukar histories dan kurs nilai tukar kini dalam proses translasi.
3. Metode Kini-Nonkini
Berdasarkan Metode Kini-Non Kini, aktiva lancar dan kewajiban lancer anak perusahaan luar negeri ditranslasikan ke dalam mata uang pelaporan induk perusahaannya berdasarkan kurs kini. Aktiva dan kewajiban tidak lancer ditranslasikan berdasarkan kurs histories. Pos-pos laporan laba rugi (kecuali beban depresiasi dan amortisasi) ditranslasikan berdasarkan kurs rata-rata yang berlaku dalam setiap bulan operasi atau berdasarkan rata-rata tertimbang selama keseluruhan periode pelaporan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan berdasarkan kurs histories yang tercatat saaat aktiva tersebut diperoleh.
Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancer secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi resiko nilai tukar.
4. Metode Moneter-Nonmoneter
Metode Moneter-Non Moneter juga menggunakan skema klasifikasi neraca unutk menentukan kurs translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos non moneter aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan persediaan investor ditranslasikan dengan menggunakan kurs histories. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan prosedur yang sama dengan yang dijelaskan untuk konsep kini-non kini.
5. Metode Temporal
Dengan menggunakan metode temporal, tranlasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode ini tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut tetapi bukan penilaian sesungguhnya. Berdasarkan GAAP AS, kas diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan utang dinyatakan sebesar jumlah yang diperkirakan akan diterima atau akan dibayar pada saat jatuh temponya.
6.   Evaluasi dan pemilihan metode translasi mata uang asing
Berdasarkan metode temporal, pos-pos moneter seperti kas, piutang, dan utang ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos moneter ditranslasikan dengan kurs yang mempertahankan dasar pengukuran pada awalnya. Secara khusus, aktiva yang nilainya dalam laporan mata uang asing sebesar biaya histories, ditranslasikan berdasarkan kurs histories. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan biaya histories dalam mata uang asing yang ditranslasikan dengan kurs nilai tukar histories menghasilkan biaya histories dalam mata uang domestik.
Keempat metode yang dibahas pada satu waktu pernah digunakan di Amerika Serikat dan dapat ditemukan hingga hari ini di berbagai Negara. Secara umum, metode ini menimbulkan hasil translasi mata uang asing yang cukup berbeda. Ketiga metode yang pertama (metode kurs kini, metode kini-non-kini, dan metode moneter-non-moneter) digunakan dalam mengidentifikasikan aktiva dan kewajiban manakah yang beresiko atau dapat dilindungi dari resiko mata uang asing. Kemudian, metode translasi diterapkan secara konsisten dengan memperhatikan perbedaan tersebut.
MANA YANG TERBAIK?
KURS KINI YANG TEPAT
Sejauh ini istilah kurs nilai tukar yang digunakan dalam metode translasi mengacu pada histories atau kurs kini. Kurs rata-rata sering digunakan dalam laporan laba rugi untuk pos-pos beban. Beberapa Negara menggunakan kurs nilai tukar yang berbeda untuk transaksi yang berbeda. Dalam situasi ini harus dipilih beberapa kurs nilai tukar yang ada. Beberapa alternative yang disarankan adalah:
1. kurs pembayaran dividen
2. kurs pasar bebas, dan
3. kurs penalty atau preferensi yang dapat digunakan, seperti yang terkait dalam kegiatan ekspor impor.
7.   Hubungan translasi mata uang asing dengan inflasi
Penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva non-moneter yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh lebih rendah dari pada dasar pengukuran awalnya. Pada saat yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan dengan beban depresisasi yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu dengan mudah dapat lebih menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada pembaca. Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba akutal dari aktiva luar negeri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio pengembalian atas investasi yang terpengaruh inflasi di suatu operasi luar negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas keuntungan masa depan.
FASB menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penilaian biaya historis yang digunakan dalam laporan keuangan dasar di AS. Sebagai solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata uang fungsional untuk operasi luar negeri yang berdomisili dilingkungan dengan hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen dolar aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan menurut kurs historis. Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam mata uang asing terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap rasio keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak dapat dipisahkan dari masalah akuntansi untuk inflasi asing.
# LAPORAN KEUANGAN
Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari perusahaan.
Laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan operasi normal perusahaan akan memberikan informasi keuangan yang berguna bagi entitas-entitas di dalam perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas lain di luar perusahaan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007, hal 7) :
” Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keungan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”
Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007, hal 3) tujuan dari laporan keuangan adalah:
  1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
  2. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini adalah memenuhi kebutuhan bersama dari sebagian besar pengguna. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari berbagai kejadian di masa yang lalu (historis), dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.
  3. Laporan keuangan juga telah menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship) atau merupakan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melakukan penilaian terhadap apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen, melakukan hal ini agar mereka dapatmembuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin saja mencakup keputusan untuk memanamkan atau menjual investasi mereka dalam suatu perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau melakukan penggantian manajemen.
Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Menurut Woelfel (1997, hal 28) laporan keuangan yang umumnya dikeluarkan oleh perusahaan terdiri atas:
ð  Neraca (Balance Sheet).
Neraca adalah suatu laporan yang menggambarkan mengenai jumlah aktiva, hutang, serta modal suatu perusahaan pada saat tertentu.
ð  Laporan Laba Rugi (Income Statement).
Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2007, hal 19) :
“Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang mengukur kinerja keuangan sebuah perusahaan diantara tanggal neraca. Laporan ini merepresentasikan kegiatan operasional perusahaan. Laporan laba rugi menyediakan informasi secara menyeluruh mengenai pendapatan, biaya, laba dan rugi perusahaan dalam suatu kurun waktu tertentu.”
Menurut Baridwan (2000, hal 39-40) laporan laba rugi dalam penyajiannya dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
1.      Single step model
Adalah bentuk laporan laba rugi yang tidak dilakukan pengelompokanpengelompokan atas
pendapatan dan biaya ke dalam kelompok-kelompok usaha dan di luar usaha tetapi hanya dipisahkan antara pendapatan-pendapatan dan laba dengan biaya-biaya kerugian.
2.      Multistep model
Adalah bentuk laporan laba rugi dimana dilakukan beberapa pengelompokan terhadap pendapatanpendapatan dan biaya-biaya yang disusun dalam urutan tertentu.
ð  Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement).
Laporan arus kas seringkali juga disebut sebagai laporan sumber dan penggunaan dana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar